Di Probolinggo,
memiliki tradisi atau kebudayaan sendiri setiap daerahnya. Misalnya Petik
Laut dan Kasada.
Petik
Laut.
Tradisi Sya’banan.
Tradisi ini berasal dari masyarakat yang bertujuan untuk menyambut hadirnya
bulan puasa. Biasanya pada tanggal 15 bulan Sya’ban (15 hari sebelum bulan
puasa tiba) masyarakat hadir dengan membawa makanan dan bersuka cita sambil
duduk-duduk di tepian pantai menikmati panorama laut yang tertimpa sinar bulan
purnama. Tradisi seperti ini sudah dilakukan oleh masyarakat setiap tahun.
Sehubungan dengan tradisi itu diadakan lomba balap perahu (Petik Laut).
Setiap tahunnya para
nelayan yang tergabung di dalam Paguyuban Nelayan selalu mengadakan kegiatan
ritual yang telah ditetapkan menjadi event tahunan oleh Pemerintah Kota
Probolinggo yaitu kegiatan Petik Laut ini. Kegiatan ini melambangkan ungkapan
rasa syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya kepada seluruh umat.
Selain itu kegiatan ini bertujuan untuk tetap melestarikan budaya gotong-royong
dan kebersamaan yang telah diwariskan secara turun-temurun dari para leluhur
sehingga menjadi tradisi di daerah sepanjang pesisiran pantai kota Probolinggo.
Kasada
Acara ini
biasanya diawali oleh pementasan tarian tradisional Rara Anteng dan Jaka
Seger dan tepat pukul 00.00 WIB, dilakukan pelantikan dukun dan pemberkatan
umat di lautan pasir Gunung Bromo.
Dukun bagi masyarakat Tengger adalah pemimpin umat dalam bidang keagamaan, yang
bertugas memimpin upacara-upacara ritual. Agar mereka bisa diangkat oleh para
tetua adat, para calon dukun harus hafal mantera-mantera. Jumlah manteranya
tidak sedikit dan lafalnya sama sekali tidak mudah.
Dukun yang terpilih
lalu memimpin rombongan suku Tengger naik ke puncak Gunung
Bromo, 2.392 mdpl. Mereka membawa sesaji dalam jumlah banyak, berupa
hasil pertanian, buah-buahan, juga hewan ternak. Sesaji inilah yang menjadi
persembahan untuk arwah para nenek moyang. Sesaji itu lalu dilempar ke dalam
kawah sebagai pengantar harapan akan hidup yang lebih makmur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar